Jumat, 05 Juni 2009

KETAHUAN, DIANCAM, BERTARUH DAN ... PART 1

Namaku Beatrice, WNI keturunan China, lahir dan dibesarkan di kota Madiun . Banyak orang bilang aku memiliki postur tubuh yang sexy. Memang dengan tinggi badan yang 168 cm dan berat badan 60 kg, tubuhku kelihatan lebih tinggi daripada rata-rata wanita Indonesia. Ukuran bra-ku 34-B, dan aku suka memakai baju yang full press body yang berleher rendah, sehingga belahan antara kedua buah dadaku kelihatan, inilah yang membuat setiap pria yang melihat menelan ludah.

Kisah yang aku sampaikan ini adalah pengalaman nyata yang aku alami.

Saat itu aku baru saja lulus dari SMA dan kuliah di PTS terkenal di kota Surabaya. Jadi aku harus tinggal bersama seorang pembantu di rumah yang dikontrakkan oleh orang tuaku di kota itu. Aku sudah setahun berpacaran dengan Mas Dio seorang pilot pada maskapai penerbangan terkenal di Indonesia.

Sudah hampir satu bulan Mas dio tidak datang ke rumah kontrakanku, tidak ada kabar dan berita, padahal biasanya hampir setiap hari HP-ku berdering pertanda ada SMS dari dia. Ketika aku hubungi HP-nya selalu mail-box. Ketika aku hubungi telpon orang tuanya di Sidoarjo, kata ibunya dia sedang terbang, atau kadang ada jawaban bahwa baru saja keluar rumah. Sampai-sampai aku merasa jengkel dengan kejadian ini.

Di tengah-tengah kejengkelanku itu, tiba-tiba muncul sosok yang terasa menghibur hatiku. Sore itu Pak Andy si pemilik rumah yang aku kontrak datang, mengajak ngobrol ke sana ke mari tengtang hal-hal yang ringan. Aku merasakan adanya perhatian yang lebih dan terasa istimewa. Pak Andy bukan hanya datang sebagai seorang bapak, tetapi seperti orang yang tulus bersedia menemaniku di kala sedang jengkel seperti sekarang ini.

Di tengah pesonanya Pak Andy, atau karena aku yang lagi jengkel dengan Mas Dio, aku hanyut dalam cerita, canda dan tawa serta perbuatan yang terlanjur kami lakukan ke arah yang lebih jauh lagi. Saat aku mengungkapkan keluhanku melalui tangis, Pak Andy menanggapinya dengan membelai rambutku dan memelukku sampai aku terasa mendapatkan tempat untuk berlabuh. Entah siapa yang memulai aku hanyut dalam peluk dan cium. Apalagi saat itu suasana rumah sedang sepi, bi Minah pembantuku sedang minta ijin pulang ke desanya di Kediri. Aku baru sadar ketika langkah Pak Andy sudah terlalu jauh, aku juga baru menyadari kalau penampilan dan dandananku saat itu juga sangat mengundang birahi Pak Andy; aku mengenakan kaos full press body dengan potongan leher yang cukup rendah, sampai bentuk dada dan braku tercetak jelas; sedangkan rok yang aku gunakan cukup ketat dan cukup pendek -- 15 cm di atas lutut -- sehingga saat aku duduk berdua dan berpelukan dengan Pak Andy hampir seluruh tungkai kakiku terpampang dengan jelas.

Pelukan Pak Andy kini tidak hanya sebatas memeluk, tetapi sudah mulai meraba dan kemudian memasuki kaosku di bagian punggung, nafasku mulai memburu seiring dengan usapan-usapan halus tangannya. Ketika tangannya dengan cepat melepas kait bra di tengah-tengah punggungku, aku tersentak dan berupaya menolak, tetapi langkah berikutnya yang dilakukan Pak Andy benar-benar membuatku tak berdaya. Sambil melumat bibirku dengan bibirnya, tangannya memperkuat pelukan sehingga buah dadaku terasa terjepit dan birahiku terasa digiring ke arah puncak. Saat tahu kalau aku sudah dikuasai nafsu birahi, Pak Andy dengan cepat mengangkat kaosku dengan kasar dan cepat sampai lepas melalui kepalaku. Segera setelah bagian atasku setengah telanjang, dia menurunkan tali-tali braku dan terpampanglah sepasang bukit kembarku yang selama ini belum pernah dilihat oleh orang lain. Bibir Pak Andy kini mulai merayapi daerah disekitar belakang telingaku yang merupakan daerah sensitif di tubuhku, aku semakin tak berdaya dibuatnya, di saat yang sama tangannya mengelus dan menekan dengan lembut kedua buah dadaku secara bergantian. Sampai akhirnya aku terkulai lemas di sofa ruang tamu.

Tiba-tiba pintu terbuka dan ada seorang yang masuk ke ruang tamu, Pak Andy terperanjat, begitu juga aku. Dengan gugupnya aku berupaya menutupi bagian atas tubuhku yang telah telanjang. Tetapi orang yang masuk tadi terlanjur melihat kejadian dan keadaan tubuhku yang terbuka. Beberapa detik aku berbenah aku dapat mengetahui bahwa yang datang adalah Mas Indra, teman dekat Mas Dio yang biasanya menjadi co-pilot Mas Dio. Mas Indra ini juga yang mencarikan aku rumah kontrakan, karena Mas Indra ini adik sepupu Mbak Nita istri Pak Andy.

Rasa takutku bukan main, pasti Mas Indra akan melaporkan kejadian ini kepada Mbak Nita.

"Sorry, aku nggak tahu kalau Mas Andy sedang di sini. Tapi apa saya nggak salah lihat kejadian yang anda lakukan berdua?" kata Mas Indra.
"Indra, duduklah ! Aku mohon kamu tidak menceritakan kejadian ini kepada kakakmu Nita dan Dio !" pinta Pak Andy.
"Ya, Mas Indra jangan beritahu mereka ya !" pintaku juga.
"OK, aku bersedia asal jangan diulangi lagi dan Mas Andy sekarang juga harus pulang dari sini !" kata Mas Indra.
"Bener ya Mas Indra ?" tanyaku memastikan.
"Bener Trice, aku nggak akan lapor ke mereka. Ini tadi aku mampir soalnya ada titipan pesan dari Dio, dia akan ke Surabaya 1 bulan lagi, sekarang masih ikut training di Inggris" kata Mas Indra menjelaskan.

Setelah sekedar basa-basi mereka berdua berpamitan meninggalkan rumah kontrakanku.

Dua jam berikutnya telepon rumahku berdering, ketika kuangkat ternyata Mas Indra yang menelepon.
"Beatrice, besok pukul tujuh malam boleh ya aku mampir ke situ?" tanya Mas Indra di seberang sana.
"Silakan Mas, aku lagi nggak ada kuliah dan nggak ada acara keluar rumah kok" jawabku menyetujuinya begitu saja, karena aku takut rahasiaku tadi sore akan dibongkar, jadi lebih baik aku turuti saja.

*** sehari berikutnya ***

Saat Mas Indra datang pukul tujuh malam, aku sengaja tampil beda dari yang kemarin, aku pakai baju agak longgar dan celana panjang -- pokoknya tampil agak sopan, soalnya aku takut dinilai yang bukan-bukan setelah kejadian kemarin ketahuan oleh Mas Indra. Aku persilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
"Mau minum yang panas atau yang dingin, Mas?"
"Yang hangat saja Trice, soalnya perjalanan tadi aku rasa dingin sekali"

Setelah aku menyajikan segelas teh hangat, Mas Indra yang mulai membuka pembicaraan,
"Trice, aku ingin bicara dengan kamu, tapi jangan di ruang tamu" katanya.
"Lalu di mana Mas?" tanyaku.
"Di ruang tengah saja, karena ini sangat rahasia"

Kami berpindah ke ruang tengah, perlu pembaca ketahui bahwa ruang tengah rumah kontrakanku hanya terdapat satu sofa panjang yang sering aku gunakan untuk menonton televisi. Maka aku terpaksa duduk tidak berseberangan dengan Mas Indra.
"Masalah apa Mas?" tanyaku.
"Masalah kejadian kemarin" jawabnya singkat.
"Lho, kan Mas sudah bersedia merahasiakannya?"
"Iya, tapi itu kan rahasia berat jadi aku juga minta ganti untuk tutup mulut"
"Tapi Mas minta bayar berapa, Mas tahu kan aku ini masih kuliah belum punya penghasilan" kataku berargument.
"Kalau uang aku sudah nggak akan minta ke kamu Trice, aku kemarin langsung diberi oleh Mas Andy."
"Lalu ...?"
"Aku hanya minta bagian seperti Mas Andy kemarin sore"
Aku sangat terkejut sampai-sampai aku bergerak cepat menjauhi Mas Indra.
"Aku jelaskan ya Mas, kejadian kemarin itu bukan aku yang memulainya, tapi Mas Andy yang memperdayaiku" kataku membela diri.
"Kalau kamu nggak mau menuruti juga nggak apa-apa, tapi jangan salahkan kalau foto hasil bidikan saya lewat jendela ini aku berikan baik ke Dio maupun ke Mbak Nita." kata Mas Indra mengancam sambil menunjukkan selembar foto adegan syurku dengan Pak Andy.
"Jangan Mas, ... OK, OK, aku mau dan menurut kata Mas Indra"
"Sekarang cepat ganti pakaian seperti permintaanku" katanya menggertak.
"Masak harus ganti pakaian, Mas?" tanyaku.
"Blousemu itu harus ganti dengan blouse yang tipis. Celana panjangnya ganti dengan mini skirt seperti kemarin, kalau ada yang warnanya gelap atau merah. Kaos dalamnya dicopot saja. Bra dan celana dalamnya juga seperti yang kemarin, aku suka kalau saat ini kau pakai yang berenda-renda dan tipis. Khusus untuk branya aku minta kau pakai bra yang bisa dilepas tali-talinya, bisa jadi strepless."

Aku bergegas masuk kamar dan berganti pakaian sesuai permintaan Mas Indra, atas pakai blouse tipis, dan aku pakai mini skirt warna merah. Ketika aku kembali ke ruang tengah, Mas Indra memandangi seluruh tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sambil berkomentar,
"Kamu sungguh sexy dengan pakaian itu, mini skirtmu sangat menawan, kontras sekali dengan kulit pahamu yang putih mulus, tapi ada yang kurang Trice."
"Apa yang kurang lagi, Mas?" tanya saya dengan nada agak jengkel.
"Kalau kakimu pakai high heel yang terbuka akan tampak lebih sexy, itu yang warna tembaga itu." kata Mas indra sambil menunjuk sepatu sandal high heel yang ada di rak sepatu.
Aku segera mengambil dan memakainya.

Ketika kami sudah duduk berdua di sofa,
"Aku ingin mengadakan taruhan dengan kamu Trice," kata Mas indra.
"Taruhan bagaimana?"
"Aku ingin kita main seperti kamu main dengan Mas Andy kemarin. Lalu kita bikin taruhan dalam tiga babak. Babak pertama aku mainkan bagian atas tubuhmu mulai dari kamu masih berpakaian lengkap samapai bra terlepas dan memainkan isinya, dengan batas waktu lima menit. Babak kedua aku main di bagian bawah tubuhmu, mulai dari ujung kakimu sampai pangkal paha dan mengusap-usap celana dalammu tanpa membukanya, batas waktunya 4 menit. Babak terakhir mulai dari aku menarik turun celana dalammu sampai aku mainkan bibir dan lidahku pada isi celana dalammu, batas waktunya 3 menit." kata Mas Indra menjelaskan.
"Yang babak terakhir aku nggak sanggup Mas" bantahku," ... itu satu-satunya milikku yang harus aku lindungi."
"Kalau memang kamu nggak mau, berarti kamu berani menghadapi resiko kalau foto hasil bidikanku kemarin aku kirimkan ke Mbak Nita dan ke Dio." kata Mas Indra kembali mengancam.
"Bukan begitu, Mas. Aku ingin batas waktunya dipercepat jangan 3 menit tapi cukup satu menit saja," aku bilang dengan agak merengek.
"Nggak bisa, Trice. Kalau kamu mau cukup 2 menit, Dengan ketentuan taruhan : Kalau dari tiga babak sama sekali belum orgasme sebelum batas waktunya, maka kau berhak minta kubelikan apa saja, asal tidak lebih dari 4 juta rupiah. Kalau dari tiga babak itu hanya satu kau yang orgasme sebelum batas waktunya, maka kau berhak minta kubelikan apa saja, asal tidak lebih dari 2 juta rupiah. Kalau dari tiga babak yang kita mainkan itu ada dua babak kamu orgasme sebelum batas waktunya, maka aku berhak minta tambahan satu babak lagi seperti yang terakhir. Kalau dari tiga babak yang kita mainkan itu semua babak kamu orgasme sebelum batas waktunya, maka aku berhak minta tambahan satu babak lagi seperti yang terakhir dan aku berhak meminta tanda mata dari kamu berupa apa saja milikmu yang bisa mengingatkanku tentang taruhan ini."
"Milik saya berupa apa Mas?"
"Misalnya baju dan skirt yang sedang kau pakai sekarang ini. Bagaimana kau mau kan?"
"Ya," jawabku dengan nada terpaksa.

Babak pertama dimulai. Mas Indra langsung memegang dadaku dari luar blouse, mulanya hanya dipegang biasa lama-lama dadaku ditekan dan diremas-remas. Aku merasa risih dengan keadaan ini. Sambil tangan kanannya meremas dadaku yang kiri, tangan kiri Mas Indra dengan agak kasar melepasi satu persatu kancing blouse ku. Dengan cepat pula kemudian kedua tangan itu melepas blouse dari tubuhku. Sementara braku tidak dilepas langsung, tapi dilepas dulu tali-talinya hingga jadi berbentuk strepless. Dengan cepatnya bibirnya menciumi daerah buah dadaku yang tidak tertutup bra, sementara bagian yang tertutup bra diremas dengan perlahan. Mendapatkan serangan seperti itu aku tidak lagi merasa risih, tapi seluruh tubuhku telah dikuasai oleh birahi. Tangannya lalu segera membuka kait bra yang ada di tengah punggungku, dan bra itu dibiarkannya jatuh di pangkuanku. Bibir dan lidahnya langsung melumat kedua punting buah dadaku. Saat itu waktu baru berjalan dua setengah menit. Aku sudah nggak bisa lagi menahan birahi, bertepatan dengan Mas Indra menghisap salah satu puntingku, dari kemaluanku menyembur dengan deras lendir kenikmatan.
"Mas, aku mulai keluar nich ..Ah ..uh ..ah"
Dengan cepat Mas Indra membuka pahaku, untuk membuktikan apakah benar aku sudah orgasme. Karena begitu banyaknya lendir yang keluar, mengalir sampai hampir ke lututku.
Berarti babak pertama aku kalah.

"Trice, kau bersihkan dulu lendir ini, dan kau harus ganti celana dalam yang bersih lagi." kata Mas Indra memerintah. Aku segera bergegas ke kamar untuk membersihkan lendir dan ganti cd yang bersih.

Aku kembali lagi menuju ruang tengah dengan pakaian lengkap. Baru saja aku duduk di samping Mas Indra, langsung saja dia mengelus betisku sambil berkata,"Babak kedua langsung kita mulai," sambil turun dari sofa, tidak hanya tangannya yang bermain di betisku yang putih bersih dan mulus karena sengaja setiap hari kurawat dengan baik. Ternyata bagian betisku juga merupakan bagian yang sensitif sekali, terbukti dengan kecupan-kecupan lembut bibirnya mulai dari sela-sela sepatu sandalku yang high heel sampai ke lutut, aku sudah merasa naik birahiku menuju puncak. Belum sampai satu menit berjalan, aku sudah nggak tahan dengan semua perlakuan lembut Mas Indra, aku hanya bisa bergerak tak karuan, mengimbangi semakin tingginya nafsu birahi yang bangkit. Ketika hitungan waktu baru saja mencapai dua menit, bibirnya mulai mengecupi belakang lututku sementara tangannya mengelus bagian dalam kedua pahaku secara bergantian. Dengan cepat Mas Indra menyingsingkan mini skirtku sampai ke pangkal paha. Di dalam perutku yang paling bawah terasa ada sesuatu yang mendesak-desak ingin keluar, aku berusaha menahannya, tetapi sepertinya aku tak bisa, apalagi kecupan dan elusan yang aku rasakan semakin dekat dengan pangkal pahaku. Belum sampai tiga menit babak kedua ini, aku telah mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya.
"Mas, aku mulai keluar lagi ..Ah ..ah ..ah"
Lagi-lagi lendir kenikmatan membasahi celana dalamku dan berbelepotan keluar yang sebagian mengenai wajah Mas Indra. Dan dengan bernafsunya Mas Indra menjilati lendir yang ada di pahaku.
"Untuk yang ketiga, kau harus siapkan celana dalam yang paling tipis yang kamu miliki, dan keringkan betul memekmu" kata Mas Indra di tengah nafasnya yang juga memburu, karena birahi.

Setelah kembali aku siap dengan pakaian yang sesuai permintaannya, aku duduk di samping Mas Indra.
"Trice ternyata kau bisa memuaskanku, aku senang sekali dengan wanita yang bisa orgasme berulang dan mengeluarkan lendir nikmat dalam jumlah banyak," kata Mas Indra sambil mulai duduk di lantai dan membuka kedua belah pahaku.
"Mas, aku minta Mas jangan buka dulu cdku" aku berharap dengan tanpa membuka cdku dan aku segera orgasme maka aku tidak perlu menyerahkan memekku pada Mas Indra.
"Rupanya kau ingin foreplay dulu ya..."
Bagian gusset cdku dielus dengan lembut, langsung kembali lubang memekku basah. Karena basah itu pula Mas Indra jadi gemas menekan cdku tepat di bagian celah memekku. Ketika jemarinya menemukan benjolan klitorisku, Mas Indra langsung menekannya agak keras. Saat itu pula aku menjerit.
"Ah ..."
Dan tanpa aku sadari ternyata aku sudah orgasme untuk yang ketiga kalinya. Berarti yang ketiga aku kalah, berarti pula aku kalah taruhan.

"Kamu kalah Beatrice, dan aku berhak main lagi seperti babak ketiga,"
"Tapi aku sudah ngaku kalah sajalah," kataku merajuk.
"Tidak bisa Beatrice, kamu harus bersedia lagi dengan babak ketiga yang diulang," kata Mas Indra mulai memegang dan menarik turun perlahan-lahan cdku, nafasku kembali memburu, karena aku dapat menebak apa yang akan dilakukannya. Tentu akan lebih membuatku lebih terangsang. Ketika cdku telah hampir merosot dari kakiku, Mas Indra hanya melepaskan satu kakiku dari cd, selanjutnya cd itu malah dibawa lagi naik ke pahaku yang sebelah kiri.

Kembali dengan gemas Mas Indra merabai permukaan memekku, kali ini sudah tidak dibatasi oleh cd lagi. Mulai dari meremas buku-buku kemaluanku yang tipis dan lembut itu sampai akhirnya menjilati celah memekku. Kedua tanganku berpegang pada sandaran sofa menahan gejolak yang aku alami, sementara tubuhku bergerak mengangkat menjauhi sofa. Saat itu pula ujung lidah Mas Indra yang terasa kasar itu tepat mengenai klitorisku. Aku kembali menjerit dan terasa memekku kembali mengucurkan lendirnya sampai kulihat ada genangannya di sofa.

Aku merasa terhempas begitu saja, baik tubuhku maupun harga diriku. Tapi ini semua aku lakukan demi tidak terbongkarnya rahasia kejadian kemarin sore. Karena kalau sampai terbongkar, berarti akan ada perang dunia di dua tempat: Keluarganya Pak Andy dan hubunganku dengan Mas Dio.

Namun untuk sementara aku bersukur, karena ternyata Mas Indra tidak sampai jauh memperdayaiku, padahal sebenarnya kalau mau Mas Indra akan dengan mudah bisa menyetubuhiku di saat aku terlena dalam orgasme.

"Beatrice, aku sekarang minta hadiah taruhan dari kamu," kata Mas Indra dalam senyum kemenangannya.
"Sebentar ya, Mas. Aku akan ganti pakaian dulu. Biar yang sekarang aku pakai ini yang jadi hadiah, biar Mas terus ingat kejadian ini." kataku sambil melangkah menuju kamar.

Ketika aku sedang membuka lemari pakaian alangkah terkejutku, ternyata Mas Indra ikut masuk kamarku.
"Mas, mau apa kok ke sini?" tanyaku dengan nada agak takut
"Aku mau ambil hadiah dari kamu," jawabnya sambil tersenyum
"Ya, tapi tunggu di luar saja, nanti setelah kulepas kuberikan pada Mas".
"Hadiah yang kuminta bukan ini, tapi yang di dalam lemari itu," katanya sambil menunjuk pada tumpukan cd koleksiku.
"Mau yang mana, Mas?" tanyaku singkat sambil menunjukkan tumpukan itu lebih dekat ke Mas Indra.
"Aku ingin ... semuanya!" jawabnya mengejutkanku.
"Jangan Mas, nanti aku pakai ganti yang mana"
"Aku tidak mau tahu, semuanya harus jadi hadiah untukku !" bentak Mas Indra.

Kuberikan setumpuk cd itu dengan gerakan kasar, pertanda aku marah. Mas Indra menerimanya dan langsung diciuminya cd-cd itu.
"Tapi masih kurang lho ini" katanya
"Kurang apa lagi?" aku jengkel.
"Aku ambil sendiri saja ya kurangnya" kata Mas Indra sambil mengambil dua cd-ku yang tadi kena lendir di kursi dalam kamar itu dan tiga cd lainnya yang kupakai kemarin.
"Jangan, Mas. Itu belum kucuci."
"Nggak dicuci malah baik lho. dan inipun masih kurang lagi," katanya sambil tersenyum lagi.
"Kurang apa lagi?" aku semakin jengkel.
"Ada satu yang belum kuambil,"
"Sudah nggak ada lagi, Maaas!"
"Masih !" bentaknya lagi
"Nggak tahu lah" aku makin sewot.
"Satu yang masih kamu pakai itu." katanya menunjuk padaku.
"Kalau yang ini benar-benar jangan, Mas!. Aku nanti pakai apa. Sedang semuanya sudah kau ambil. Biarkan aku pakai yang kotor ini untuk ke toko beli yang baru"
"Sementara kamu ke toko harus tanpa cd, aku senang kalau tahu kau pergi ke luar rumah tanpa cd. Setelah kau beli langsung pulang juga harus tanpa cd. Cd yang baru harus kau pakai di hadapanku !" katanya memaksaku.


*** ***

Jam masih menunjuk pukul 20.00, setelah aku mengenakan bra, blouse dan skirtku, tanpa mengenakan cd; mas Indra mengantarkanku ke Galaxi Mall untuk beli cd. Dengan menggunakan mobil Mas Indra, aku duduk di samping kirinya, tentu aku harus benar-benar duduk dengan hati-hati. Karena kalau tidak, mini skirtku yang sangat pendek itu tidak akan bisa menutupi kemaluanku yang tidak memakai cd.
"Trice, nanti aku yang akan bayar belanja cdmu," kata Mas Indra saat mobil masuk parkir di Galaxi Mall.
"Aku boleh belanja berapa cd Mas?" tanyaku meyakinkan.
"Sebanyak yang kau perlukan Trice."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar