Jumat, 05 Juni 2009

KETAHUAN, DIANCAM, BERTARUH DAN ... PART 1

Namaku Beatrice, WNI keturunan China, lahir dan dibesarkan di kota Madiun . Banyak orang bilang aku memiliki postur tubuh yang sexy. Memang dengan tinggi badan yang 168 cm dan berat badan 60 kg, tubuhku kelihatan lebih tinggi daripada rata-rata wanita Indonesia. Ukuran bra-ku 34-B, dan aku suka memakai baju yang full press body yang berleher rendah, sehingga belahan antara kedua buah dadaku kelihatan, inilah yang membuat setiap pria yang melihat menelan ludah.

Kisah yang aku sampaikan ini adalah pengalaman nyata yang aku alami.

Saat itu aku baru saja lulus dari SMA dan kuliah di PTS terkenal di kota Surabaya. Jadi aku harus tinggal bersama seorang pembantu di rumah yang dikontrakkan oleh orang tuaku di kota itu. Aku sudah setahun berpacaran dengan Mas Dio seorang pilot pada maskapai penerbangan terkenal di Indonesia.

Sudah hampir satu bulan Mas dio tidak datang ke rumah kontrakanku, tidak ada kabar dan berita, padahal biasanya hampir setiap hari HP-ku berdering pertanda ada SMS dari dia. Ketika aku hubungi HP-nya selalu mail-box. Ketika aku hubungi telpon orang tuanya di Sidoarjo, kata ibunya dia sedang terbang, atau kadang ada jawaban bahwa baru saja keluar rumah. Sampai-sampai aku merasa jengkel dengan kejadian ini.

Di tengah-tengah kejengkelanku itu, tiba-tiba muncul sosok yang terasa menghibur hatiku. Sore itu Pak Andy si pemilik rumah yang aku kontrak datang, mengajak ngobrol ke sana ke mari tengtang hal-hal yang ringan. Aku merasakan adanya perhatian yang lebih dan terasa istimewa. Pak Andy bukan hanya datang sebagai seorang bapak, tetapi seperti orang yang tulus bersedia menemaniku di kala sedang jengkel seperti sekarang ini.

Di tengah pesonanya Pak Andy, atau karena aku yang lagi jengkel dengan Mas Dio, aku hanyut dalam cerita, canda dan tawa serta perbuatan yang terlanjur kami lakukan ke arah yang lebih jauh lagi. Saat aku mengungkapkan keluhanku melalui tangis, Pak Andy menanggapinya dengan membelai rambutku dan memelukku sampai aku terasa mendapatkan tempat untuk berlabuh. Entah siapa yang memulai aku hanyut dalam peluk dan cium. Apalagi saat itu suasana rumah sedang sepi, bi Minah pembantuku sedang minta ijin pulang ke desanya di Kediri. Aku baru sadar ketika langkah Pak Andy sudah terlalu jauh, aku juga baru menyadari kalau penampilan dan dandananku saat itu juga sangat mengundang birahi Pak Andy; aku mengenakan kaos full press body dengan potongan leher yang cukup rendah, sampai bentuk dada dan braku tercetak jelas; sedangkan rok yang aku gunakan cukup ketat dan cukup pendek -- 15 cm di atas lutut -- sehingga saat aku duduk berdua dan berpelukan dengan Pak Andy hampir seluruh tungkai kakiku terpampang dengan jelas.

Pelukan Pak Andy kini tidak hanya sebatas memeluk, tetapi sudah mulai meraba dan kemudian memasuki kaosku di bagian punggung, nafasku mulai memburu seiring dengan usapan-usapan halus tangannya. Ketika tangannya dengan cepat melepas kait bra di tengah-tengah punggungku, aku tersentak dan berupaya menolak, tetapi langkah berikutnya yang dilakukan Pak Andy benar-benar membuatku tak berdaya. Sambil melumat bibirku dengan bibirnya, tangannya memperkuat pelukan sehingga buah dadaku terasa terjepit dan birahiku terasa digiring ke arah puncak. Saat tahu kalau aku sudah dikuasai nafsu birahi, Pak Andy dengan cepat mengangkat kaosku dengan kasar dan cepat sampai lepas melalui kepalaku. Segera setelah bagian atasku setengah telanjang, dia menurunkan tali-tali braku dan terpampanglah sepasang bukit kembarku yang selama ini belum pernah dilihat oleh orang lain. Bibir Pak Andy kini mulai merayapi daerah disekitar belakang telingaku yang merupakan daerah sensitif di tubuhku, aku semakin tak berdaya dibuatnya, di saat yang sama tangannya mengelus dan menekan dengan lembut kedua buah dadaku secara bergantian. Sampai akhirnya aku terkulai lemas di sofa ruang tamu.

Tiba-tiba pintu terbuka dan ada seorang yang masuk ke ruang tamu, Pak Andy terperanjat, begitu juga aku. Dengan gugupnya aku berupaya menutupi bagian atas tubuhku yang telah telanjang. Tetapi orang yang masuk tadi terlanjur melihat kejadian dan keadaan tubuhku yang terbuka. Beberapa detik aku berbenah aku dapat mengetahui bahwa yang datang adalah Mas Indra, teman dekat Mas Dio yang biasanya menjadi co-pilot Mas Dio. Mas Indra ini juga yang mencarikan aku rumah kontrakan, karena Mas Indra ini adik sepupu Mbak Nita istri Pak Andy.

Rasa takutku bukan main, pasti Mas Indra akan melaporkan kejadian ini kepada Mbak Nita.

"Sorry, aku nggak tahu kalau Mas Andy sedang di sini. Tapi apa saya nggak salah lihat kejadian yang anda lakukan berdua?" kata Mas Indra.
"Indra, duduklah ! Aku mohon kamu tidak menceritakan kejadian ini kepada kakakmu Nita dan Dio !" pinta Pak Andy.
"Ya, Mas Indra jangan beritahu mereka ya !" pintaku juga.
"OK, aku bersedia asal jangan diulangi lagi dan Mas Andy sekarang juga harus pulang dari sini !" kata Mas Indra.
"Bener ya Mas Indra ?" tanyaku memastikan.
"Bener Trice, aku nggak akan lapor ke mereka. Ini tadi aku mampir soalnya ada titipan pesan dari Dio, dia akan ke Surabaya 1 bulan lagi, sekarang masih ikut training di Inggris" kata Mas Indra menjelaskan.

Setelah sekedar basa-basi mereka berdua berpamitan meninggalkan rumah kontrakanku.

Dua jam berikutnya telepon rumahku berdering, ketika kuangkat ternyata Mas Indra yang menelepon.
"Beatrice, besok pukul tujuh malam boleh ya aku mampir ke situ?" tanya Mas Indra di seberang sana.
"Silakan Mas, aku lagi nggak ada kuliah dan nggak ada acara keluar rumah kok" jawabku menyetujuinya begitu saja, karena aku takut rahasiaku tadi sore akan dibongkar, jadi lebih baik aku turuti saja.

*** sehari berikutnya ***

Saat Mas Indra datang pukul tujuh malam, aku sengaja tampil beda dari yang kemarin, aku pakai baju agak longgar dan celana panjang -- pokoknya tampil agak sopan, soalnya aku takut dinilai yang bukan-bukan setelah kejadian kemarin ketahuan oleh Mas Indra. Aku persilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
"Mau minum yang panas atau yang dingin, Mas?"
"Yang hangat saja Trice, soalnya perjalanan tadi aku rasa dingin sekali"

Setelah aku menyajikan segelas teh hangat, Mas Indra yang mulai membuka pembicaraan,
"Trice, aku ingin bicara dengan kamu, tapi jangan di ruang tamu" katanya.
"Lalu di mana Mas?" tanyaku.
"Di ruang tengah saja, karena ini sangat rahasia"

Kami berpindah ke ruang tengah, perlu pembaca ketahui bahwa ruang tengah rumah kontrakanku hanya terdapat satu sofa panjang yang sering aku gunakan untuk menonton televisi. Maka aku terpaksa duduk tidak berseberangan dengan Mas Indra.
"Masalah apa Mas?" tanyaku.
"Masalah kejadian kemarin" jawabnya singkat.
"Lho, kan Mas sudah bersedia merahasiakannya?"
"Iya, tapi itu kan rahasia berat jadi aku juga minta ganti untuk tutup mulut"
"Tapi Mas minta bayar berapa, Mas tahu kan aku ini masih kuliah belum punya penghasilan" kataku berargument.
"Kalau uang aku sudah nggak akan minta ke kamu Trice, aku kemarin langsung diberi oleh Mas Andy."
"Lalu ...?"
"Aku hanya minta bagian seperti Mas Andy kemarin sore"
Aku sangat terkejut sampai-sampai aku bergerak cepat menjauhi Mas Indra.
"Aku jelaskan ya Mas, kejadian kemarin itu bukan aku yang memulainya, tapi Mas Andy yang memperdayaiku" kataku membela diri.
"Kalau kamu nggak mau menuruti juga nggak apa-apa, tapi jangan salahkan kalau foto hasil bidikan saya lewat jendela ini aku berikan baik ke Dio maupun ke Mbak Nita." kata Mas Indra mengancam sambil menunjukkan selembar foto adegan syurku dengan Pak Andy.
"Jangan Mas, ... OK, OK, aku mau dan menurut kata Mas Indra"
"Sekarang cepat ganti pakaian seperti permintaanku" katanya menggertak.
"Masak harus ganti pakaian, Mas?" tanyaku.
"Blousemu itu harus ganti dengan blouse yang tipis. Celana panjangnya ganti dengan mini skirt seperti kemarin, kalau ada yang warnanya gelap atau merah. Kaos dalamnya dicopot saja. Bra dan celana dalamnya juga seperti yang kemarin, aku suka kalau saat ini kau pakai yang berenda-renda dan tipis. Khusus untuk branya aku minta kau pakai bra yang bisa dilepas tali-talinya, bisa jadi strepless."

Aku bergegas masuk kamar dan berganti pakaian sesuai permintaan Mas Indra, atas pakai blouse tipis, dan aku pakai mini skirt warna merah. Ketika aku kembali ke ruang tengah, Mas Indra memandangi seluruh tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sambil berkomentar,
"Kamu sungguh sexy dengan pakaian itu, mini skirtmu sangat menawan, kontras sekali dengan kulit pahamu yang putih mulus, tapi ada yang kurang Trice."
"Apa yang kurang lagi, Mas?" tanya saya dengan nada agak jengkel.
"Kalau kakimu pakai high heel yang terbuka akan tampak lebih sexy, itu yang warna tembaga itu." kata Mas indra sambil menunjuk sepatu sandal high heel yang ada di rak sepatu.
Aku segera mengambil dan memakainya.

Ketika kami sudah duduk berdua di sofa,
"Aku ingin mengadakan taruhan dengan kamu Trice," kata Mas indra.
"Taruhan bagaimana?"
"Aku ingin kita main seperti kamu main dengan Mas Andy kemarin. Lalu kita bikin taruhan dalam tiga babak. Babak pertama aku mainkan bagian atas tubuhmu mulai dari kamu masih berpakaian lengkap samapai bra terlepas dan memainkan isinya, dengan batas waktu lima menit. Babak kedua aku main di bagian bawah tubuhmu, mulai dari ujung kakimu sampai pangkal paha dan mengusap-usap celana dalammu tanpa membukanya, batas waktunya 4 menit. Babak terakhir mulai dari aku menarik turun celana dalammu sampai aku mainkan bibir dan lidahku pada isi celana dalammu, batas waktunya 3 menit." kata Mas Indra menjelaskan.
"Yang babak terakhir aku nggak sanggup Mas" bantahku," ... itu satu-satunya milikku yang harus aku lindungi."
"Kalau memang kamu nggak mau, berarti kamu berani menghadapi resiko kalau foto hasil bidikanku kemarin aku kirimkan ke Mbak Nita dan ke Dio." kata Mas Indra kembali mengancam.
"Bukan begitu, Mas. Aku ingin batas waktunya dipercepat jangan 3 menit tapi cukup satu menit saja," aku bilang dengan agak merengek.
"Nggak bisa, Trice. Kalau kamu mau cukup 2 menit, Dengan ketentuan taruhan : Kalau dari tiga babak sama sekali belum orgasme sebelum batas waktunya, maka kau berhak minta kubelikan apa saja, asal tidak lebih dari 4 juta rupiah. Kalau dari tiga babak itu hanya satu kau yang orgasme sebelum batas waktunya, maka kau berhak minta kubelikan apa saja, asal tidak lebih dari 2 juta rupiah. Kalau dari tiga babak yang kita mainkan itu ada dua babak kamu orgasme sebelum batas waktunya, maka aku berhak minta tambahan satu babak lagi seperti yang terakhir. Kalau dari tiga babak yang kita mainkan itu semua babak kamu orgasme sebelum batas waktunya, maka aku berhak minta tambahan satu babak lagi seperti yang terakhir dan aku berhak meminta tanda mata dari kamu berupa apa saja milikmu yang bisa mengingatkanku tentang taruhan ini."
"Milik saya berupa apa Mas?"
"Misalnya baju dan skirt yang sedang kau pakai sekarang ini. Bagaimana kau mau kan?"
"Ya," jawabku dengan nada terpaksa.

Babak pertama dimulai. Mas Indra langsung memegang dadaku dari luar blouse, mulanya hanya dipegang biasa lama-lama dadaku ditekan dan diremas-remas. Aku merasa risih dengan keadaan ini. Sambil tangan kanannya meremas dadaku yang kiri, tangan kiri Mas Indra dengan agak kasar melepasi satu persatu kancing blouse ku. Dengan cepat pula kemudian kedua tangan itu melepas blouse dari tubuhku. Sementara braku tidak dilepas langsung, tapi dilepas dulu tali-talinya hingga jadi berbentuk strepless. Dengan cepatnya bibirnya menciumi daerah buah dadaku yang tidak tertutup bra, sementara bagian yang tertutup bra diremas dengan perlahan. Mendapatkan serangan seperti itu aku tidak lagi merasa risih, tapi seluruh tubuhku telah dikuasai oleh birahi. Tangannya lalu segera membuka kait bra yang ada di tengah punggungku, dan bra itu dibiarkannya jatuh di pangkuanku. Bibir dan lidahnya langsung melumat kedua punting buah dadaku. Saat itu waktu baru berjalan dua setengah menit. Aku sudah nggak bisa lagi menahan birahi, bertepatan dengan Mas Indra menghisap salah satu puntingku, dari kemaluanku menyembur dengan deras lendir kenikmatan.
"Mas, aku mulai keluar nich ..Ah ..uh ..ah"
Dengan cepat Mas Indra membuka pahaku, untuk membuktikan apakah benar aku sudah orgasme. Karena begitu banyaknya lendir yang keluar, mengalir sampai hampir ke lututku.
Berarti babak pertama aku kalah.

"Trice, kau bersihkan dulu lendir ini, dan kau harus ganti celana dalam yang bersih lagi." kata Mas Indra memerintah. Aku segera bergegas ke kamar untuk membersihkan lendir dan ganti cd yang bersih.

Aku kembali lagi menuju ruang tengah dengan pakaian lengkap. Baru saja aku duduk di samping Mas Indra, langsung saja dia mengelus betisku sambil berkata,"Babak kedua langsung kita mulai," sambil turun dari sofa, tidak hanya tangannya yang bermain di betisku yang putih bersih dan mulus karena sengaja setiap hari kurawat dengan baik. Ternyata bagian betisku juga merupakan bagian yang sensitif sekali, terbukti dengan kecupan-kecupan lembut bibirnya mulai dari sela-sela sepatu sandalku yang high heel sampai ke lutut, aku sudah merasa naik birahiku menuju puncak. Belum sampai satu menit berjalan, aku sudah nggak tahan dengan semua perlakuan lembut Mas Indra, aku hanya bisa bergerak tak karuan, mengimbangi semakin tingginya nafsu birahi yang bangkit. Ketika hitungan waktu baru saja mencapai dua menit, bibirnya mulai mengecupi belakang lututku sementara tangannya mengelus bagian dalam kedua pahaku secara bergantian. Dengan cepat Mas Indra menyingsingkan mini skirtku sampai ke pangkal paha. Di dalam perutku yang paling bawah terasa ada sesuatu yang mendesak-desak ingin keluar, aku berusaha menahannya, tetapi sepertinya aku tak bisa, apalagi kecupan dan elusan yang aku rasakan semakin dekat dengan pangkal pahaku. Belum sampai tiga menit babak kedua ini, aku telah mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya.
"Mas, aku mulai keluar lagi ..Ah ..ah ..ah"
Lagi-lagi lendir kenikmatan membasahi celana dalamku dan berbelepotan keluar yang sebagian mengenai wajah Mas Indra. Dan dengan bernafsunya Mas Indra menjilati lendir yang ada di pahaku.
"Untuk yang ketiga, kau harus siapkan celana dalam yang paling tipis yang kamu miliki, dan keringkan betul memekmu" kata Mas Indra di tengah nafasnya yang juga memburu, karena birahi.

Setelah kembali aku siap dengan pakaian yang sesuai permintaannya, aku duduk di samping Mas Indra.
"Trice ternyata kau bisa memuaskanku, aku senang sekali dengan wanita yang bisa orgasme berulang dan mengeluarkan lendir nikmat dalam jumlah banyak," kata Mas Indra sambil mulai duduk di lantai dan membuka kedua belah pahaku.
"Mas, aku minta Mas jangan buka dulu cdku" aku berharap dengan tanpa membuka cdku dan aku segera orgasme maka aku tidak perlu menyerahkan memekku pada Mas Indra.
"Rupanya kau ingin foreplay dulu ya..."
Bagian gusset cdku dielus dengan lembut, langsung kembali lubang memekku basah. Karena basah itu pula Mas Indra jadi gemas menekan cdku tepat di bagian celah memekku. Ketika jemarinya menemukan benjolan klitorisku, Mas Indra langsung menekannya agak keras. Saat itu pula aku menjerit.
"Ah ..."
Dan tanpa aku sadari ternyata aku sudah orgasme untuk yang ketiga kalinya. Berarti yang ketiga aku kalah, berarti pula aku kalah taruhan.

"Kamu kalah Beatrice, dan aku berhak main lagi seperti babak ketiga,"
"Tapi aku sudah ngaku kalah sajalah," kataku merajuk.
"Tidak bisa Beatrice, kamu harus bersedia lagi dengan babak ketiga yang diulang," kata Mas Indra mulai memegang dan menarik turun perlahan-lahan cdku, nafasku kembali memburu, karena aku dapat menebak apa yang akan dilakukannya. Tentu akan lebih membuatku lebih terangsang. Ketika cdku telah hampir merosot dari kakiku, Mas Indra hanya melepaskan satu kakiku dari cd, selanjutnya cd itu malah dibawa lagi naik ke pahaku yang sebelah kiri.

Kembali dengan gemas Mas Indra merabai permukaan memekku, kali ini sudah tidak dibatasi oleh cd lagi. Mulai dari meremas buku-buku kemaluanku yang tipis dan lembut itu sampai akhirnya menjilati celah memekku. Kedua tanganku berpegang pada sandaran sofa menahan gejolak yang aku alami, sementara tubuhku bergerak mengangkat menjauhi sofa. Saat itu pula ujung lidah Mas Indra yang terasa kasar itu tepat mengenai klitorisku. Aku kembali menjerit dan terasa memekku kembali mengucurkan lendirnya sampai kulihat ada genangannya di sofa.

Aku merasa terhempas begitu saja, baik tubuhku maupun harga diriku. Tapi ini semua aku lakukan demi tidak terbongkarnya rahasia kejadian kemarin sore. Karena kalau sampai terbongkar, berarti akan ada perang dunia di dua tempat: Keluarganya Pak Andy dan hubunganku dengan Mas Dio.

Namun untuk sementara aku bersukur, karena ternyata Mas Indra tidak sampai jauh memperdayaiku, padahal sebenarnya kalau mau Mas Indra akan dengan mudah bisa menyetubuhiku di saat aku terlena dalam orgasme.

"Beatrice, aku sekarang minta hadiah taruhan dari kamu," kata Mas Indra dalam senyum kemenangannya.
"Sebentar ya, Mas. Aku akan ganti pakaian dulu. Biar yang sekarang aku pakai ini yang jadi hadiah, biar Mas terus ingat kejadian ini." kataku sambil melangkah menuju kamar.

Ketika aku sedang membuka lemari pakaian alangkah terkejutku, ternyata Mas Indra ikut masuk kamarku.
"Mas, mau apa kok ke sini?" tanyaku dengan nada agak takut
"Aku mau ambil hadiah dari kamu," jawabnya sambil tersenyum
"Ya, tapi tunggu di luar saja, nanti setelah kulepas kuberikan pada Mas".
"Hadiah yang kuminta bukan ini, tapi yang di dalam lemari itu," katanya sambil menunjuk pada tumpukan cd koleksiku.
"Mau yang mana, Mas?" tanyaku singkat sambil menunjukkan tumpukan itu lebih dekat ke Mas Indra.
"Aku ingin ... semuanya!" jawabnya mengejutkanku.
"Jangan Mas, nanti aku pakai ganti yang mana"
"Aku tidak mau tahu, semuanya harus jadi hadiah untukku !" bentak Mas Indra.

Kuberikan setumpuk cd itu dengan gerakan kasar, pertanda aku marah. Mas Indra menerimanya dan langsung diciuminya cd-cd itu.
"Tapi masih kurang lho ini" katanya
"Kurang apa lagi?" aku jengkel.
"Aku ambil sendiri saja ya kurangnya" kata Mas Indra sambil mengambil dua cd-ku yang tadi kena lendir di kursi dalam kamar itu dan tiga cd lainnya yang kupakai kemarin.
"Jangan, Mas. Itu belum kucuci."
"Nggak dicuci malah baik lho. dan inipun masih kurang lagi," katanya sambil tersenyum lagi.
"Kurang apa lagi?" aku semakin jengkel.
"Ada satu yang belum kuambil,"
"Sudah nggak ada lagi, Maaas!"
"Masih !" bentaknya lagi
"Nggak tahu lah" aku makin sewot.
"Satu yang masih kamu pakai itu." katanya menunjuk padaku.
"Kalau yang ini benar-benar jangan, Mas!. Aku nanti pakai apa. Sedang semuanya sudah kau ambil. Biarkan aku pakai yang kotor ini untuk ke toko beli yang baru"
"Sementara kamu ke toko harus tanpa cd, aku senang kalau tahu kau pergi ke luar rumah tanpa cd. Setelah kau beli langsung pulang juga harus tanpa cd. Cd yang baru harus kau pakai di hadapanku !" katanya memaksaku.


*** ***

Jam masih menunjuk pukul 20.00, setelah aku mengenakan bra, blouse dan skirtku, tanpa mengenakan cd; mas Indra mengantarkanku ke Galaxi Mall untuk beli cd. Dengan menggunakan mobil Mas Indra, aku duduk di samping kirinya, tentu aku harus benar-benar duduk dengan hati-hati. Karena kalau tidak, mini skirtku yang sangat pendek itu tidak akan bisa menutupi kemaluanku yang tidak memakai cd.
"Trice, nanti aku yang akan bayar belanja cdmu," kata Mas Indra saat mobil masuk parkir di Galaxi Mall.
"Aku boleh belanja berapa cd Mas?" tanyaku meyakinkan.
"Sebanyak yang kau perlukan Trice."

Tante dan Keponakan - 1 : Rully Karyawati Bank Niaga

Sebelum aku ceritakan kisah nyataku ini, lebih baik jika aku paparkan dulu hal-hal yang bersangkutan dengan diriku. Namaku Rully, sudah berkeluarga tetapi belum punya anak. Suamiku, Mas Andi, bekerja sebagai seorang supervisor sebuah perusahaan, yang tugasnya sering keliling dari kota ke kota hampir di seluruh Indonesia, sehingga kami hanya bisa bertemu sebulan dua kali. Aku sendiri bekerja pada Bank Niaga, sebagai kasir besar di salah satu kantor cabang. Postur tubuhku memang bisa dikatakan "segar", walaupun aku kurang suka kalau disebut "overweight". Dengan tinggi badan 163 cm dan berat badan 60 kg, aku memang terkesan gemuk, apalagi ditunjang dengan ukuran payudaraku yang 36A, aku jadi tampak "lebih" daripada rata-rata wanita di kantorku. Aku dianugerahi kulit yang putih dengan permukaan mulus, maklum saja papa dan mamaku semuanya asli Manado. Walaupun memiliki paostur seperti itu, tetapi aku selalu berusaha tampil menarik dan sexy. Dan ternyata usahaku ini tidak sia-sia, tidak hanya pria, tetapi juga para teman wanita yang ada di kantorku berkomentar bahwa aku selalu tampil sexy.

Kisah nyata yang aku alami ini bermula ketika ada seorang keponakan suamiku yang menumpang menginap beberapa hari di rumah kami untuk keperluan mengikuti test masuk perguruan tinggi di bawah departemen keuangan. Sebut saja keponakan itu bernama Toto, lulusan SMA jurusan IPA pada tahun 2007, nganggur setahun kemudian atas saran suamiku ikut test masuk perguruan tinggi departemen keuangan pada awal tahun akademik 2008-2009 ini.

Toto punya postur tubuh yang cukup atletis, aku taksir punya tinggi 172 cm dengan tampilan dada yang bidang, berkulit kuning langsat bersih. Tampil sopan tetapi ramah dan memang murah senyum. Toto datang di rumah pada hari Jumat sore, bersamaan dengan aku pulang dari kantor. Hari itu Mas Andi sedang tidak tugas, sehingga dapat menemui Toto yang datang dari desa. Rencananya Toto akan tinggal di rumah sampai hari Kamis, karena test dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.

Sabtu pagi Mas Andi berangkat tugas ke luar kota, bahkan ke luar pulau diantar oleh kendaraan kantor menuju bandara. Sementara seperti biasa Sabtu pagi aku selalu libur, dan seperti biasa pula selalu aku gunakan untuk mengatur rumah. Walaupun ada Bi Inah pembantuku, aku tetap kurang pas kalau aku gak ngatur sendiri, bahkan seringkali di setiap Sabtu aku sempatkan memasak sendiri, apalagi kalau Mas Andi sedang ada di rumah. Hari ini selain karena aku punya kebiasaan menangani pekerjaan rumah sendiri, juga karena Bi Inah dan Bang Bejo (mereka suami istri ikut keluarga kami, Bang Bejo sebagai sopir pribadiku) minta ijin pulang kampung karena salah seorang pamannya meninggal dunia. Jadi Sabtu pagi itu, aku hanya berdua bersama Toto.

O... ya, perlu pembaca ketahui, aku punya kebiasaan tampil dengan pakaian formal, sekalipun sedang libur di rumah - pakai blouse tipis dan rok span agak mini di atas lutut. Mungkin karena penampilanku itu pula, peristiwa dengan keponakanku ini bisa terjadi. Rupanya Toto tertarik bahkan terangsang dengan penampilanku pagi itu. Ini terbukti ketika seusai sarapan bersama, kami duduk saling berhadapan di sofa ruang tengah. Tak henti-hentinya Toto menatap sekitar dadaku yang terbungkus dengan blouse putih tipis dan di dalamnya aku pakai bra berenda-renda berwarna kuning keemasan. Ada perasaan aneh ketika aku tetap membiarkan Toto menikmati dadaku dengan pandangannya, aku seperti punya hasrat untuk menggoda Toto agar tetap melihat dan bahkan menggodanya lebih jauh lagi. Aku berpura-pura tidak sengaja menggerakkan blouse yang kupakai sedemikian rupa sehingga ada beberapa celah di antara kancing blouse itu yang membuka sehingga Toto dapat melihat yang ada di dalamnya. Aku lihat Toto mencuri-curi pandang melihat bra keemasanku yang memang warna dan bentuknya sangat menggoda. Kemudian Toto mengambil sebuah majalah dari atas meja, mungkin untuk menahan gejolak nafsunya dia akan membaca majalah itu.

"Kamu mulai test hari Selasa ya ?" tanyaku memecah keheningan.
"Ya tante," jawabnya pendek.
"Tempat testmu di mana?"
"Di kampus C Unair, tante"
"O, nggak jauh kok dari sini" sahutku, memang kampus C Unair tidak seberapa jauh dengan rumah kami yang berada di Wisma Permai, bahkan hanya perlu jalan kaki saja.
"Sudah lihat ruang tempat testnya?"
"Sudah tante, kemarin sore sebelum ke mari bareng teman-teman yang se SMA kami ke sana"
"Kalau begitu hari ini kamu bisa istirahat atau belajar saja, biar persiapanmu lebih bagus. Di ruang baca banyak buku-buku yang sesuai dengan bidang yang akan diujikan padamu." jelasku pada Toto.
"Terima kasih tante, saya juga sudah bawa buku kok". Jawab Toto sambil pandangannya tak henti-hentinya menatap ke arah sepasang kakiku yang kupakai duduk bersilang, sehingga hampir separoh paha putih mulusku terpampang dengan jelas.

Aku ingin mengetahui reaksi Toto, dengan sengaja secara pelan-pelan kakiku kutukar bersilangnya, yang tadinya kaki kanan berada di atas kaki kiri, kini kutukar kaki kiri diatas kaki kanan. Ternyata reaksinya cukup jelas, mata Toto terbelalak beberapa saat, aku yakin saat itu dari celah rok miniku itu, Toto dapat melihat CD yang sedang kupakai. Saat itu aku memakai CD pasangan dari bra yang sedang aku pakai, yaitu CD berenda-renda berwarna kuning keemasan, hanya pada bagian yang menutupi liang vaginaku saja yang terbuat dari selembar katun. Wajar saja kalau Toto terbelalak melihatnya, pasti dia bisa melihat bulu-bulu kemaluanku yang halus, jarang-jarang tapi tertata rapi di balik renda-renda tipis itu, pasti dia juga dapat melihat garis celah vaginaku yang tercetak di selambar katun tipis itu. Kulihat Toto menelan ludah, kemudian menarik nafas agak panjang. Sedangkan aku merasakan sensasi lain yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, dadaku berdesir, dan kurasakan ada penambahan tekanan darahku, ada juga rasa geli yang menyelimuti sekitar selangkanganku dan kurasakan ada kenikmatan di liang vaginaku, terasa basah di situ, aku yakin selembar katun penutup vaginaku itu pasti telah basah dan jadi lebih menerawang.

Aku mengambil koran dan pura-pura membacanya, dan sebagian lembar koran itu ada yang menutupi paha mulusku, aku lirik Toto terlihat wajahnya agak kecewa dengan tertutupnya pahaku itu. Kemudian dengan masih pura-pura membaca aku turunkan kakiku dari posisi bersilang, kedua kakiku sejajar dan lurus kearah pandangan Toto, tetapi masih tertutup koran. Perlahan-lahan koran yang kubaca kuangkat dan kulipat sehingga pahaku yang tadinya tertutup jadi terbuka. Kulihat kembali dia terbelalak, pasti dia dapat menikmati pemandangan baru berupa celah di antara dua pahaku yang memang benar-benar lurus ke arah matanya. Pasti dia bisa kembali melihat bulu-bulu kemaluanku di balik renda-renda tipis keemasan itu, tapi lembar katun yang tepat menutupi liang vaginaku pasti tersembunyi di balik kedua pahaku yang saling menempel.

"Kamu bisa bantu tante, Toto?" tanyaku membuyarkan konsentrasinya.
"Bisa tante, e... e bantu apa tante?" tanyanya agak gugup.
"Itu, lho. Lampu di kamar tante terlalu terang. Tante ingin ganti dengan yang warna agak redup. Tapi tantemu ini trauma dengan alat-alat listrik, karena pernah kesetrum. Mari kita lihat di kamar tante !" ajakku.
Lagi-lagi Toto terbelalak, karena sebelum bangkit dari dudukku, aku sengaja membuka kedua belah pahaku agak lebar, sehingga garis celah vagina yang tercetak di selembar katun yang telah basah itu terlihat lagi, dan lagi-lagi Toto terbelalak, tetapi itu semua aku biarkan, karena dengan itu semua aku merasakan sensasi yang lebih.

Ketika sampai di kamar, aku tunjukkan lampu dia atas meja kecil di samping ranjang sambil aku berikan bola lampu baru yang kuambil dari laci di meja itu pula. Seusai menerima bola lampu Toto duduk di lantai dekat meja kecil itu, sementara aku sengaja duduk di ranjang yang posisi dan arah kakiku tepat di depan kepala Toto. Aku tahu pasti, kalau Toto mengganti bola lampu tidak berkonsentrasi, hingga sampai ...

"Brak, .....!"
Cap lampu tersenggol tangannya dan ada beberapa bagian yang terlepas dan melompat ke atas ranjang.
"Nggak apa-apa To, Capnya memang lepasan gitu kok, bisa dipasang lagi " kataku menetralisir suasana.
"Biar nanti saya perbaiki" kata Toto masih dengan gugup.

Selesai memasang bola lampu pengganti, Toto mengumpulkan bagian-bagian cap yang tercecer di ranjang, ada lembar-lembar mika, dan ada beberapa baut. Sementara itu aku tetap duduk di ranjang dengan posisi kaki lurus dan memamerkan celah mulus di antara 2 pahaku serta sebagian CD-ku. Dengan hati-hati Toto mengangkat bagian-bagian yang dikumpulkan itu melewati atas pangkuanku. Entah karena apa, atau mungkin karena memang tegang, ada beberapa yang jatuh dari tangannya, dan ... ada satu baut seukuran jari kelingking jatuhnya tepat di celah di antara dua pahaku. Karena bentuknya yang bulat, maka setelah baut itu jatuh dicelah rok miniku terus menggelinding masuk ke dalam selangkanganku dan berhenti di depan CD-ku. Karena terbuat dari logam yang halus maka baut itu terasa dingin dan rasa itu membuat terkejut selangkanganku sampai-sampai secara reflek kuangkat dan kubua lebar kedua pahaku. Tanpa kusadari gerakanku itu membuat rok miniku semakin tersingkap dan sampai pangkal paha dan CD -ku yang merangsang itu terlihat jelas.

Aku diam sejenak, Toto meletakkan bagian-bagian cap yang terlepas itu di lantai, sementara matanya tak berkedip memandangi CD-ku yang semakin jelas terpampang di hadapannya, kurang dari 1 meter di depan matanya.

"Kamu melihat apa Toto ?" tanyaku dengan nada gugup pula.
Alangkah terkejutnya aku, ketika dengan tenangnya Toto menjawab pertanyaanku, "Toto mencari baut yang jatuh, tante."
Aku tercekat mendapatkan jawaban itu, tapi anehnya aku tak berusaha menutupi atau membenahi letak rok miniku.
Dan memang baut yang jatuh tadi kini berada di balik bagian CD-ku yang cembung, tepat di bawah ling vaginaku.
"Tolong ambilkan tante, bautnya ada di dalam situ" pinta Toto sambil menunjuk tempatnya baut.
Aku tetap terdiam, ada sensasi lebih yang menyelimuti selangkanganku yang sedang dilihat oleh keponakan suamiku itu.

"Kok tante diam saja? apa boleh Toto yang ngambil, tante?" pertanyaan yang diucapkannya lirih tetapi bagaikan petir yang menyambar naluriku, sampai-sampai aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku terpaku diam. Aku tidak bergerak semilipun dari dudukku yang menantang itu.

"Dasar baut yang pintar, melompat aja milih tempat yang asyik" kata Toto sambil tiba-tiba tanganya mengambil baut di bawah gundukan vaginaku, tentu saja selembar kain katun yang menutupi liang vaginaku itu ikut tersenggol punggung tangan Toto.
"Ahhhh ........" tanpa aku sadari aku mendesah terkena usapan di bagian paling sensitifku.
"Yang ini kok basah, tante?" kini jemari tangan Toto mulai meraba lembar katun tipis penutup liang vaginaku.
"Aaaaahhhhhhhhh....." aku mendesah lagi. Kemudian aku tidak kuat lagi duduk, kuhempaskan tubuhku terlentang di ranjang.
Dengan posisiku yang terlentang di ranjang, sementara kakiku yang panjang yang memakai sandal bertumit tinggi menapak di lantai kamar., maka hal itu merupakan pemandangan yang semakin menggairahkan bagi Toto. Ditambah rok miniku yang semakin tersingkap, menambah penampilanku menjadi semakin merangsang nafsu Toto.

Jemari Toto kemudian tidak hanya meraba tetapi menekan dan meremas gundukan vaginaku yang telah basah.Reaksiku atas tindakan tersebut yaitu payudaraku aku remas-remas sendiri, sampai beberapa kancing blouse-ku lepas dari lubang kaitnya. Mataku terpejam, sementara itu kedua pahaku menjepit semakin kuat tangan kanan Toto yang sedang meremasi vaginaku; semakin aku jepit, semakin kuat tangan Toto meremasgundukan vaginaku, hingga suatu saat remasan itu mengakibatkan klitorisku terpelintir.
"Aaaaaaaaahhhhhhhhh .......!" sampai aku berteriak tak kuasa menahan rasa.
"Toto aku gak tahan, terus remassss yaaa !" celotehku di dalam desah nafasku yang semakin tersengal-sengal.
Toto semakin kuat menekan klitorisku dari luar CD tipisku hingga aku berkelejotan dibuatnya, tangan kananku masih terus meremas payudaraku sendiri, sementara yang kiri meremas sprei; kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan ketika tangan Toto meremas dengan kuat tepat di klitorisku, dan kedua pahaku ikut manambah tekanan dengan menjepitnya; maka terasa liang vaginaku menyemburkan lendirnya pertanda aku orgasme.
"Aaaaahhhhhhhhh ......Toto aku keluaaaaaaaaaarrrrrr !" seperti biasanya kalau aku orgasme selalu sambil berteriak.
Kemudian seluruh tubuhku terasa melemah, sesaat setelah itu baru aku merasakan dan menyadari bahwa seluruh tubuhku bersimbah keringat. Blouseku yang tipis basah kuyup oleh keringat, sementara CD-ku basah kuyup dengan keringat dan lendir. Aku pejamkan mata merasakan dan menikmati sisa-sisa orgasmeku. Kemudian terasa Toto membuka blouseku, dalam kondisi yang lunglai aku menyerah dan membantu meloloskan blouse itu lewat tanganku. Setelah blouseku terlepas, braku yang tipis berenda itu terlihat jelas di hadapan Toto. Karena itu pula Totolalu menjilati permukaan dadaku, baik yang tertutup bra maupun yang tidak tertutup bra. Bra yang tipis dan basah itu tak mampu menyembunyikan posisi punting payudaraku. Lidah Toto lalu dengan gesitnya menjilati punting itu.
Gejolakku naik kembali, aku tak bisa menahan rintihan dan celotehan serta jeritan, kata-kataku semakin ngawur.
"Ohhh .... Ahhhh .... terus enaaaakh " kini Toto tidak hanya menjilat, tetapi menghisap kuat-kuat puntuingku dari luar bra yang tipis itu bergantian kiri dan kanan. Tangan kananku tak sadar meremas-remas kepala Toto, semntara yang kiri meremas-remas vaginaku yang sudah dilepaskan Toto.
Ketika birahiku terasa merambat ke puncak, Toto malah menghentikan hisapannya di puntingku, kini dia pindah menyusuri perutku yang rata itu, dan dengan cepat menjilati permukaan katun penutup liang vaginaku.
Aku menggelinjang hebat dan ada rasa akan orgasme tetapi sepertinya rasa itu tak akan segera sampai. Aku terus berteriak-teriak, minta segera Toto menuntaskan gairahku.
Tetapi Toto malah melepaskannya. Toto bangkit dan kermudian mengangkat kakiku yang menapak di lantai dan segera menjilati dari ujung jari-jariku sampai kembali menyentuh katun penutup vaginaku.
Aku kembali menggelinjang hebat. Toto naik merayap menindih tubuhku, tangannya dengan cepat menarik tali pengikat CD ku yang ada di samping kiri kanan dan menariknya. Ketika seluruh tubuhku tertindih kurasakan ternyata celana Toto sudah dilepas, rupanya ketika aku menggelinjang dijilati mulai kakiku sampai ke liang vaginaku tadi Toto sambil melepaskan celananya. Dan terasa pula batang kontolnya amat besar, lebih besar dari miliknya Mas Andi.

Kemudian tanganku meraba kearah kontolnya yang mulai ditekankan di depan bibir vaginaku.
"Toto, kontol kamu besar banget, totlong hentikan, jangan kau masukkan" pintaku di tengah dengus keras nafasku.

Tapi rupanya Toto sudah terbuai dengan nafsu birahinya. Ditekannya kontol itu dengan tekanan yang semakin lamasemakin ditekan. Tetapi rupanya vaginaku yang hanya terbiasa dengan kontol Mas Andi yang kecil gak bisa menerimanya. Sakit sekali rasanya dan sesak sekali.
Sejenak Toto mengurangi tekanan pada batang kontolnya, ternyata tidak dilepaskan, melainkan justru Toto mencari ancang-ancang dan kemudian .....
ditekanlah pinggulnya dengan kuat sehingga batang kontol itu menerobos paksa liang vaginaku yang mash sempit.
"Aduuuuuhhhhhhhhh sakiiiiittt" aku berteriak sejadi-jadinya.
Bersamaan dengan itu Toto kemudian dengan kasarnya memompakan kontolnya dalam vaginaku, rasa perih menjalari selangkanganku.
Sesaat setelah itu terasa Toto mengalami ejakulasi, banyak sekali sperma yang mengaliri vaginaku.
Segera setelah itu Toto dengan kasar melepaskan kontolnya dari vaginaku. Banyak sperma yang berceceran bersama lepasnya kontol itu. Ketika Toto telah bangkit meninggalkanku, kulihat selangkanganku, aku terbelalak mendapati kenyataan. Aku seperti diperawani lagi, bahkan kali ini darah yang keluar melebihi ketika pertama kali aku melakukan hubungan seks dengan Mas Andi.

Aku terlentang merasakan sakit yang luar biasa di selangkanganku, sementara Toto berdiri sambil membersihkan batang kontolnya dengan CD-ku yang ada di lantai. CD itu kemudian berwarna merah darah, darah dari vaginaku. Aku menangis, bingung merasakan kejadian ini.
"Kamu kejam Toto, kamu telah membuat tantemu ini kesakitan," ucapku di sela tangis lirihku.
"Jangan salahkan saya begitu saja, tante; tante juga salah. Sejak kedatanganku di rumah ini, tante dengan sengaja menggodaku dengan memamerkan keseksian tante." kata Toto beralasan.

Itulah kejadian yang menimpaku. Semoga cerita ini bisa menjadi peringatan berharga bagi setiap wanita.

Rully -- Bank Niaga IBC Dharmahusada Surabaya